Jumat, 09 November 2012

Linkin Park Fanfiction The Last Smile


Chapter 2

Previous.
Cklek....
Nampak daun pintu terbuka menampilkan sesosok pria asing. Bukannya tadi pesan singkat itu dari kawan Phoniex. Phonix pun tampak berbikir sejenak. Segera orang yangsedari tadi berdiri di depan pintu itu mengulurkan tangannya.

“Perkenalkan saya  Joseph Hahn.” Seorang lelaki dengan tubuh sedikit berisi itu memperkenalkan diri.
Phoniex tampak  memandang pria tersebut dari atas sampai bawah. Melihat penampilan pria di depannya yang berpenampilan amat santai membuat ia berpikir tantang sesuatu, namun ia segera menepis pikirannya.
“Silahkan masuk Mr. Hahn.” UcapPhoniex.
“Panggil saja aku Joe.”
“Baiklah itu terdengar lebih bagus...”
Joe tampak mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan di rumah kecil itu sembari mengikuti langkah Phoniex.
“Sudah berapa lama?” tanya Poniex tanpa sembari melangkah menuju basement.
“Aku orang baru.”
“eoh,jadi dia mengirim orang baru. Aku pikir dia sendiri yang turun.”
“Apa kau merasa dikhianati?”
“Tidak...tentu tidak,aku percaya padanya...”
“Kau maragukanku?”
“Aku tak ingin berkata apapun hanya tunjukanlah padaku.”
“Kau pikir aku akan mengecewakannya?bodoh jika aku melakukannya.”
“Aku mengerti”
Nampaknya mereka berdua telah sampai dilantai paling dasar dirumah itu. Chester dan Mike serempak menoleh kearah orang yang nampaknya belum  pernah ia kenal.
“My name is Joe Hahn but u can call me Joe,meski aku pikir ketika Phoniex memanggilku Mr.Hahn itu terdengar cukup menarik.”kata  Joe memperkenalkan diri ketika ia sadar akan tatapan asing dari Chester dan Mike.
“oh perkenalkan  namaku Mike dan dia Chester.” Kata Mike tak lepas dari senyumnya.
“tampaknya akan menyenangkan.” Ujar Joe.
“ memang menyenangkan” kata Chester nada sedikit merehmehkan, seraya memalingkan wajahnya dan kembali berkutat pada senjata – senjata dihadapannya.
“sepertinya kau harus mulai terbiasa dengan dia” kata Phonix sembari membuka sebuah almari tua.
Joe tampak berjalan menuju ke seperangkat komputer didalam basement tersebut. Dia tampak berkutat dengan komputer itu beberapa menit.
“done........ini” Joe memberikan sebuah chip pada Phoniex.
Phonix menaruh chip tersebut kedalam badul kalung yang tergantung dilehernya. Sebelum ia menutup liontin bebentuk persegi itu dia tampak memandang foto dalam liontin tersebut dengan emosi yang amat dalam.
“sebaiknya kita segera bergegas”  Phoniex menatap Mike yang sudah disampingnya dan menganggukkan kepalanya.
Mereka berempat  berjalan menyusuri tangga keluar dari basement. Dan menuju sebuah garasi kecil disamping rumah mereka. Phoniex berhenti sejenak “apa kelak kita masih bisa kesini lagi?” . “entahlah”  Mike mengangkat kedua bahunya. Mobil mustang  itu tampak melaju  meninggalkan rumah kecil tersebut.
@@@
Tak banyak perbincangan yang mereka buat sepanjang  parjalanan. Mungkin sudah terlalu banyak pikiran yang terus berkacamuk diotak mereka. Hingga Joe memecah keheningan. “bisakah kita berhenti  untuk makan, aku pikir ini sudah waktunya untuk makan” sambil telunjuk kanannya ia arahkan pada jam tangan yang ia kenakan.
“baiklah” pandangan Phoniex tampak ia edarkan untuk mencari tempat makan disekitar daerah itu.
Mustang itu tampak parkir disebuah restoran kecil dipinggir kota. Restoran itu cukup sepi, jadi ketika mereka masuk tampak leluasa memilih tempat duduk. Mereka berempat duduk disudut kanan paling selatan restoran itu.  Tak lama seorang wanita paruh baya dengan tubuh sedikit berisi menghampiri meja mereka, dengan pakaian ala pramusaji restoran yang nampaknya sudah usang dia mulai bertanya dan mencatat pesanan mereka.
“baiklah,tunggu sejenak pesanan akan segera datang.” Dengan wajah yang tidak terlalu bersahabat pramusaji itu berjalan meninggalkan meja mereka dan menghilang dibalik pintu khusus  karyawan.
“Aku yakin wajah pramusaji itu salah satu alasan utama mengapa rumah makan  ini sepi” ujar Mike agak pelan.
“Justru aku pikir karena restoran ini  sepilah jadi pramusaji itu bewajah seperti itu.” Joe menimpali.
“entahlah karena alasan apapun aku tak suka melihat pelayan restoran berwajah menyeramkan seperti it.....”
“oh akhirnya makanannya datang” kata Phoniex agak sedikit keras membuat Mike segera menghentikan ucapannya.
Mike menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal itu sambil berusaha untuk tidak menatap  wajah pramusaji yang baru saja ia pebincangkan. Ia yakin wajah pramusaji itu pasti tampak lebih mengerikan jika benar pramusaji itu mendengar ucapannya.
Setelah selesai menaruh makanan pramusaji itu menatap Mike sejenak sambil mendengus kesal. Setelah si pramusaji meninggalkan meja mereka menuju meja kasir, Mike segera menghembuskan nafas beratnya.
Dua orang yang duduk didepannya tampak berusaha menahan tawa gelinya.
Sementara orang yang duduk disampingnya hanya berujar tanpa ekspresi  “bodoh...”
“kau lihat bagaimana tatapannya tadi... sepertinya ia akan segera memakanmu bulat – bulat.”  Joe tak bisa menahan tawanya melihat orang yang duduk tepat didepannya ini wajahnya begitu tegang.
“Sudahlah segera habiskan makanan mu,aku ingin segera pergi dari sini, sepertinya semua orang disini aneh.”
“apa maksudmu?aneh” tanya Phonix.
“karena bukan cuma pramusaji itu saja yang menjadi alasan melainkan orang yang duduk dibelakangmu,di ujung utara itu,dia terus menatap kita sedari kita masuk kesini tadi.”
“Jangan menoleh” Chester segera mencegah Joe yang hendak menoleh melihat orang yang dimaksudkan Mike itu.
“itu akan sangat ketara ketika setalah berbisik – bisik kemudian menoleh kearahnya,karena orang yang kau toleh itu akan sadar dia yang menjadi subyek pembicaraan kalian.” Terang Chester.
Merek makan cukup lahap, entah karena mereka memang lapar karena sudah melakukan perjalanan berjam – jam dari kota Reading atau karena situasi didalam restoran yang memang membuat mereka tidak nyaman yang menjadi alasan,tidak tau juga,namun sekarang agaknya mereka sudah siap berjalan keluar menuju mobil mereka.
Lelaki paruh baya itu tak melepaskan pandangan dari mobil mustang itu,beberapa saat setelah mobil itu pergi, ia nampak menuliskan sesuatu diatas tisu dan segera memasukkan tisu itu kesaku kemejanya lalu segera beranjak dari mejanya tersebut menuju tempat kasir untukmembayar bill.
@@@
Mobil mustang itu terus melanjutkan perjalannya,memulai misi mereka. Joe nampaknya sudah mulai beadaptasi dengan tiga orang yang sebelumnya sama sekali tak ia kenal. Karena Joe sadar tugas ini membutuhkan waktu yang lama dan lagi pula inilah yang ia tunggu, tak hanya untuk menyalurkan hobby dan bakatnya ini juga bisa menjadi kesenangan tersendiri baginya. Joe yang kini duduk dikursi belakang terus memantau dari layar komputer jinjing yang ada dipangkuannya yang tentu sudah ia sambungkan keberbagai alat pelacak .
“Bagaimana perkembangan terakhir?” Phoniex menatap Joe yang berada di belakangnya lewat kaca.
“Dia baru mendarat di LA, tapi tentu kita tak mungkin kesana, disana terlalu ramai.”
“Baiklah tetap pada rencana awal, aku yakin dia tak mungkin mengajak kaki tangannya ikut keLA.” Ujar Chester yang duduk didepan disamping kursi kemudi.
“iya, dia tak mungkin merusak citranya didepan orang – orang besar itu,lagi pula bodoh kalau mereka tak mengenali wajah sialan itu.”  Mike menimpali.
“apa sebenarnya yang sebenarnya kalian maksudkan?maaftapi aku tak mengerti.” Kata Joe polos.
“begini di hadapan orang – orang dia adalah orang yang sangat berpengaruh,dan dia membangun citra ini untuk menutupi kebusukannya, jadi jika dia sedang dalam posisi seperti dia saat ini maka kaki tangan kepercayaannya inilah yang menggantikan tugas untuk sementara,meski sebenarnya kendali tetap ditangannya. Dan dihadapan publik mereka seperti tidak kenal,karena kau tahu kan kaki tangannya ini sudah masuk daftar hitam selama bertahun – tahun dan selalu lolos.  Jadi kalo publik tahu bahwa sebenarnya mereka bekerja sama maka kemungkinan orang – orang besar itu akan lari, dan kerajaan bisnis nya akan hancur.” Terang Phoniex.
“bukankah jika kerajaan bisnis dunia hitamnya masih ada jikalau bisnis  yang sekarang ini hancur?” tanya Joe.
“hah..keduanya ini bagai jembatan,jika satu sisi runtuh makasisi lainnya akan lumpuh....” jawab Chester.

 @@@
Tak terasa sang surya mulai enggan menemani ,karena sinarnya sudah dinantikan dibelahan bumi lain. Penat memang melakukan perjalanan seharian yang panjang, namun ini baru awal dari apa yang telah dinantikannya selama bertahun – tahun dan  sekarang jarak mereka ke  tempat tujuan mereka yang pertama tak jauh lagi. Mereka tak tahu apa saja yang akan mereka hadapi, namun mereka yakin itulah yang harus mereka hadapi. Ingat permainan ini baru dimulai.

@@@
“Sepertinya kau butuh ini” lelaki paruh baya mengulurkan tangannya seraya tersenyum penuh arti. Lelaki disampingnya menaikkan satu alisnya,sedikit heran ia menerima tisu itu. Lelaki paruh baya itu segera keluar melangkah menjauh dari mobil itu,meninggalkan lelaki berkaos hitam polos dengan wajah herannya. Segera ia buka tisu itu. “terimakasih...” Meski  orang itu tak mungkin dapat mendengarnya. Dan senyum mengerikan tampak tercetak diwajah lelaki berahang tegas itu.
.
.
.
.
.
TBC
#sorry yaa kalo chapter ini pendek lagi...sorry juga kalo ceritanya tambah gaje tapi pliss mohon saran – sarannya yang membangun yak...?... thx for read this suck ff. :)

Oo iya bole mintapartisipasinya gag,,,lagi bingung cari tokoh antagonis ato musuhnya..kalo temen – temen ada ide bole kok di usulin,terserah mau dari member  LP yang belum masuk disini ato dari grup band lain ato mungkin dari nama – nama aktor juga gapapa.,,okeh....makasiiii. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar